Menurut Joe Barr, salah satu editor untuk situs LinuxWorld.com, ada beberapa poin penting yang membedakan kedua istilah tersebut. Istilah yang pertama, yakni freeware, lebih berkaitan dengan masalah lisensi. Sedangkan yang kedua, lebih menitikberatkan kepada perihal kode sumber yang menyusun suatu software. Ini berarti, istilah open source hanya akan menutupi dua dari empat syarat di atas yang menjadi ciri utama freeware. Syarat yang dimaksud adalah syarat yang kedua dan keempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu software yang dikembangkan dengan metode open source belum tentu ia termasuk ke dalam freeware, tapi sebaliknya suatu software yang termasuk dalam keluarga freeware otomatis ia akan berkembang dengan menggunakan metode open source.
Inisiatif munculnya istilah open source diprakarsai oleh seorang hacker kenamaan yang juga akrab dengan Stallman dan GNU Project-nya, yaitu Eric Steven Raymond (ESR). Menurut Eric, seperti yang ditulisnya di dalam bukunya: The Cathedral and The Baazar, pola/metode pembuatan suatu software yang bertipe katedral merupakan pola klasik dimana pengerjaan software tersebut hanya dikendalikan secara tertutup (eksklusif) oleh sekelompok kecil programmer yang bekerja/dipekerjakan oleh perusahaan tertentu. Lain halnya dengan metode baazar dimana kode sumber dari suatu program dilepaskan secara bebas ke seluruh dunia melalui internet.
Dengan metode ini, proses pengembangan maupun perbaikan dari suatu software tidak hanya akan ditanggung oleh sang pemegang hak milik software tersebut beserta programmer yang dipekerjakannya, tetapi juga oleh para programmer di seluruh dunia yang berminat untuk mengadakan perbaikan terhadap software tersebut. Contoh sukses dari pelaksanaan metode ini adalah pada software office Suite gratis terkemuka, yaitu OpenOffice.Org yang berlisensi LGPL (GNU Lesser General Public License) dan browser varian Netscape yang sedang meledak hingga saat ini, Mozilla FireFox.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar